Kepemimpinan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar dinilai cemerlang, karena pada Pemilu 2024 berhasil masuk 3 besar perolehan suara dan kursi parlemen terbanyak secara nasional.
Analis komunikasi politik Hendri Satrio menilai prestasi Airlangga yang membawa Golkar menduduki urutan kedua perolehan suara dan kursi terbanyak nasional, tak bisa dilakukan ketua umum sebelumnya.
Dengan catatan perolehan 23.208.654 atau 15,29 persen suara di Pemilu 2024, Hendri memandang isu tentang kursi Ketua Umum Golkar yang diemban Airlangga akan digantikan Bambang Soesatyo atau Bahlil Lahadalia, tidak masuk akal.
"Lucu sekali bila ada partai se-dewasa Golkar ada isu menggantikan Airlangga yang jelas prestasinya cemerlang selama ini," ujar pria yang karib disapa Hensat itu kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (28/3).
Menurut akademisi Universitas Paramadina itu, yang paling mungkin menggantikan Airlangga untuk memimpin partai berlambang pohon beringin itu hanya satu orang, yaitu Presiden Joko Widodo.
"Satu-satunya nama yang harus diwaspadai hanyalah Jokowi. Apa yang bisa menahan seorang Jokowi untuk menjadi ketua umum Golkar? Apakah AD/ART partai? Menurut saya perubahan AD/ART tidak perlu melalui MK, cukup di internal partai saja," tuturnya.
Maka dari itu, Hensat memandang hanya tersisa dua pilihan bagi para penantang Airlangga jika ingin memastikan Golkar terus juara. Pertama, mengaku setia kepada Airlangga, atau kedua mendorong Presiden Jokowi untuk duduk di kursi Ketua Umum Partai Golkar.
"Saat ini hanya tersisa dua pilihan bagi para calon ketum Golkar yang berusaha untuk menantang Airlangga. Menyatakan loyal kepada Airlangga atau mendorong Jokowi untuk menggantikan Airlangga," tandasnya.